Saturday, September 24, 2016

PEMURIDAN APOSTOLIK MODUL 3 (Angkatan 4)

EMPAT HUKUM ROHANI

Disampaikan oleh: dr. Suzanna Ndraha, Sp.PD, KGEH, FINASIM
dalam ibadah BINROHKRIS RSUD Koja
Selasa, 20 September 2016



Diringkas oleh: Ayudhea Tannika



Ada  banyak metode untuk menyampaikan kebenaran Kristus. salah satunya adalah metode Empat Hukum Rohani. Empat Hukum Rohani terdiri dari 4 "Hukum"; Hukum 1,2 dan 3  berisi pengetahuan, dan 1 yang terakhir mengenai perbuatan apa yang harus kita lakukan. Berikut uraian satu persatu  dari 4 Hukum Rohani

Hukum I: Tuhan mengasihi kita dan mempunyai rencana indah bagi hidup kita
  • Hukum yang pertama memiliki 2 komponen, yakni Kasih Allah dan Rencana Allah. Kasih Allah begitu besar sebagaimana yang dikatakan dalam Yohanes 3:16 "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." Fakta ini harus selalu melekat dalam diri kita, bahwa kita selalu dikasihi Allah. Orang yang tidak dipenuhi oleh kasih Allah tidak bisa membagikan firman kepada orang lain.
  • Komponen kedua yakni rencana Allah. Allah memiliki rencana dalam hidup kita, dan rancangan tersebut selalu merupakan rencana baik dan bukan rencana kecelakaan. Tercantum dalam Yohanes 10:10b, bahwa "Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan." Ada begitu banyak orang di dunia ini merasa dirinya tidak berbahagia, apalagi jika tidak mendapatkan apa yang dia mau, atau mendapatkan sesuatu yang mengecewakannya atau tidak sesuai dengan harapannya. Padahal Kristus sendiri berkata bahwa kita yang berada dalam lindungan Allah sudah direncanakan untuk memiliki kelimpahan dan kebahagiaan. 

Hukum II: Manusia penuh dosa dan terpisah dari Tuhan Allah, sehingga manusia tidak dapat mengetahui dan mengalami kasih dan rencana Allah bagi hidupnya.
  • Dosa merupakan perbuatan-perbuatan daging yang bertentangan dengan kehendak Allah, sebagaimana tecantum dalam Galatia 5:19-21 "19. Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, 20. penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, 21. kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu--seperti yang telah kubuat dahulu--bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah." Mungkin tidak sedikit dari kita yang berpikir "Saya sepertinya tidak pernah melakukan hal-hal seperti itu deh, bagaimana saya termasuk dalam kategori berdosa?" Sayang sekali saudara-saudara, walaupun kita tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang tercantum dalam ayat tersebut, kita sudah terjerat dalam dosa asal; dosa warisan yang sudah dilakukan Adam dan Hawa jauh sebelum kita dilahirkan.
  • Jadi dapat dikatakan bahwa kita secara pasif berdosa. Ditambah lagi kita sering bersikap keras hati untuk memilih jalan sendiri dan tidak mengikut Kristus. Dosa warisan dan sikap keras itulah yang membuat kita terpisah dari Tuhan, sehingga kita tidak mengetahui dan tidak dapat mengalami kasih dan rencana Allah bagi hidup kita.
  • Dan kita semua tau bahwa upah dosa ialah maut sebagaimana yang tercantum dalam Roma 6:23. Namun hukum rohani yang ketiga dapat memberi jawaban terhadap fakta menyakitkan tersebut.
Hukum III: Yesus Kristus adalah satu-satunya jalna keselamatan yang telah ditentukan oleh Tuhan Allah untuk keampunan dosa manusia
  • Melalui Yesus, kita dapat mengetahui dan mengalami kasih dan rencana Allah dalam hidup kita. Kristus telah mati menggantikan kita orang berdosa. Mengapa Kristus rela mati ganti kita? Jawabannya ada pada Hukum I: ingat bahwa Tuhan selalu mengasihi kita. Roma 5:8 "Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa." 
  • Namun, jangan takut, Kristus tidak mati selamanya. Ia telah bangkit dari kematian itu, Ia mengalahkan maut untuk menjadi jalan bagi kita kepada Bapa. Berdasarkan Yohanes 14:6, Yesus yang sudah mati dan bangkit itu adalah jalan dan kebenaran bagi kita. Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku."
Sekarang kita sudah mengetahui bahwa Allah begitu mengasihi kita, memiliki rencana indah bagi kita, bahkan rela mengorbankan AnakNya yang tunggal untuk tetap terhubung dengan manusia. Lantas, apakah cukup dengan kita mengetahui hal-hal tersebut lalu kita hidup di dalamNya? TIDAK. Iman harus disertai dengan perbuatan. Maka Hukum Rohani berikutnya adalah:

Hukum IV: Kita harus menerima Yesus Kristus menjadi Juruselamat dan Tuhan kita, dengan mengundangnya secara pribadi
  • Tuhan tidak pernah memaksa. Namun apabila kita menginginkan keselamatan yang dari pada Nya, kita harus menerima Kristus dalam hidup kita. Sesuai dengan Yohanes 1:12 "Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya." Hati kita dapat diibaratkan seperti rumah, dan Allah adalah tamu dari luar. Apabila kita tidak mau membuka pintu rumah, maka orang dari luar tidak bisa masuk. Begitu pula, apabila kita tidak mau membuka hati menerima Allah, Allah tidak dapat masuk ke dalam kehidupan kita dan mengerjakan bagianNya. 
  • Lantas bagaimana caranya agar kita dapat menerima Kristus? Kita dapat menerimanya dengan IMAN. Apabila kita beriman menerima Kristus, maka hal-hal besar akan terjadi dalam kehidupan kita. Dan ingat, setiap hal baik yang ada dalam hidup kita terjadi karena Allah. Karena iman kepada Allah lah yang menyelamatkan kita.
Apabila kita sudah melalukan keempat Hukum Rohani itu, maka akan terjadi perubahan dalam hidup kita. Hidup bukan lagi dikuasai oleh "Si Aku" melainkan Kristus sendiri yang hidup di dalamnya. Biarkan Tuhan masuk dan mengubah hidup kita. Lalu bagaimana kita tahu bahwa Kristus sudah tinggal dalam hati kita? Ketahuilah bahwa Allah mengaruniakan hidup yang kekal kepada semua orang yang menerimaNya. 

Namun, kita juga harus waspada terhadap perasaan kita sendiri. Beberapa orang di luar sana tidak selalu setia terhadap iman yang dimilikinya karena memasukkan komponen perasaan dalam hal ini. Iman harus menjadi penengah antara kenyataan dan perasaan; jangan sampai perasaan lebih besar dan mempengaruhi iman. Apabila kita sudah menyingkirkan perasaan-perasaan yang dapat mengganggu iman kita, maka akan terjadi hal-hal baik dalam hidup kita: dosa diampuni, menjadi anak Tuhan seutuhnya, Roh Kudus berada dalam hati kita, dan kita pun memulai perjalanan hidup yang sesuai dengan rencana Allah. Betapa menyenangkan bukan? Oleh karena itu, kita harus senantiasa memperhatikan pertumbuhan rohani kita agar selalu berada dalam Tuhan. Pertumbuhan rohani adalah hasil dari ketaatan pada Kristus. "Karena orang yang benar akan hidup oleh iman." (Galatia 3:11). Jangan menjauhkan diri dari Kristus, tetaplah berada dekatnya dengan doa, ibadah, dan firman Tuhan. 

Tuhan memberkati kita semua.

Ringkasan Khotbah GSYI Minggu 18 September 2016

POLA TUHAN pt. 3

Disampaikan oleh Ps. Joseph Latupeirissa, M.Th



Diringkas oleh Ayudhea Tannika



Gereja Kristen zaman sekarang menganut cara ibadah yang berbeda-beda. Banyak juga orang yang pertama-tama begitu berkobar-kobar bernyanyi memuji Allah hingga teriak dan melompat-lompat, namun tidak bertahan lama. Mereka kemudian pelan-pelan tidak aktif lagi di gerejanya, dan akhirnya menghilang. Sesuai dengan ayat dari Yohanes 6:66 "Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia." Hal tersebut bisa terjadi karena murid-murid yang mengikut Tuhan tidak memakai pola Tuhan. 

Kata "pola", atau "pattern" dalam bahasa Inggris, memiliki 2 unsur, yakni protivo dan motivo. Protivo sendiri berarti "pola" dalam bahasa Yunani; sedangkan motivo berarti "to maintain", "memelihara", merujuk pada pemeliharaan hidup. Pola Tuhan harus dan dapat memelihara hidup orang-orang yang mengikutiNya. Banyak orang tidak dapat memelihara hidupnya karena merasa kecewa dan putus asa, padahal sebenarnya kemenangan itu sudah terjadi dalam diri kita sendiri. Wajah kita merupakan pancaran perasaan kita sendiri, wajah yang kecut menandakan adanya kekesalan, wajah senang menandakan adanya sukacita. Masih banyak orang Kristen yang wajahnya masam cemberut, bahkan dalam ibadah di Gereja sekalipun. Mengapa bisa terjadi demikian? Karena masih banyak orang Kristen yang sebenarnya sudah tahu pola Tuhan tetapi tidak mengaplikasikannya. Mereka dapat kuat di Gereja, aktif, dermawan; namun kalah dalam hidup. Dari Matius 15:7 Yesus berkata "Hai orang-orang munafik! Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu: 8. Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. 9. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia." Ayat tersebut menggambarkan tentang orang-orang munafik yang tidak memakai pola Tuhan dalam kehidupan rohaninya. 

Orang-orang yang tidak memakai pola Tuhan tersebut sering mendapatkan informasi tentang kebenaran yang semu. Kebenaran yang tidak dibangun oleh firman itu bukanlah kebenaran. Alkitab merupakan pengukur kebenaran yang mutlak. Oleh sebab itu gembala atau pendeta di gereja-gereja harus dapat membimbing jemaatnya dengan pengetahuan mengenai Alkitab yang cukup agar jemaatnya dapat merasakan firman Tuhan bekerja dalamnya. Namun, berkata-kata mengenai firman Tuhan tidaklah cukup. Pengikut Tuhan harus serta-merta hidup di dalam firmanNya. Dikatakan dalam 1 Yohanes 2 : 6 "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup." Jadi percuma saja kalau seseorang memiliki pengetahuan super tentang firman, tahu banyak isi Alkitab, namun tidak hidup di dalam Kristus. Pola Tuhan pun terbuang sia-sia.

Lalu kita bertanya-tanya, hidup seperti apa yang disebut sebagai "hidup di dalam Kristus"? Jawabannya terletak di dalam Pengkotbah 9:4 "Tetapi siapa yang termasuk orang hidup mempunyai harapan, karena anjing yang hidup lebih baik dari pada singa yang mati." Ya, orang yang hidup dalam Kristus memiliki HARAPAN, dikatakan bahwa anjing yang hidup lebih baik daripada singa yang mati. Anjing memiliki ukuran badan yang jauh lebih kecil dibanding singa. Tetapi mana yang lebih kita takuti, singa yang mati atau anjing yang hidup? Daud memiliki keterbatasan fisik karena badannya kecil, dia harus bertarung melawan Goliat yang badannya besar. Namun karena Daud hidup di dalam Kristus, dia berharap pada Kristus untuk membimbingnya, dan kemenangan didapatkannya. Hidup di dalam Kristus juga berarti hidup bukan hanya dari daging, melainkan dari air dan roh. Orang yang tidak dilahirkan dari air dan roh tidak dapat melihat sorga, sebagaimana yang tercantum pada Yohanes 4. Orang Kristen hidup dari anugerah yang selalu baru. 

Kembali pada topik menyembah Tuhan dengan memakai pola Tuhan; menyembah Tuhan berarti mencari perhatian Tuhan, sebagaimana yang tercantum dalam Yohanes 6:25-27 "25. Ketika orang banyak menemukan Yesus di seberang laut itu, mereka berkata kepada-Nya: "Rabi, bilamana Engkau tiba di sini?" 26. Yesus menjawab mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang27. Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya." Kita datang kepada Tuhan karena kita haus akan kebenaran Allah, karena kita sudah dikenyangkan oleh anugerah yang diberikanNya. Tidak ada jalan buntu bagi orang yang senantiasa memakai pola Tuhan dalam hidupnya. Amin.