EMPAT HUKUM ROHANI
Disampaikan oleh: dr. Suzanna Ndraha, Sp.PD, KGEH, FINASIM
dalam ibadah BINROHKRIS RSUD Koja
Selasa, 20 September 2016
dalam ibadah BINROHKRIS RSUD Koja
Selasa, 20 September 2016
Diringkas oleh: Ayudhea Tannika
Ada banyak metode untuk menyampaikan kebenaran Kristus. salah satunya adalah metode Empat Hukum Rohani. Empat Hukum Rohani terdiri dari 4 "Hukum"; Hukum 1,2 dan 3 berisi pengetahuan, dan 1 yang terakhir mengenai perbuatan apa yang harus kita lakukan. Berikut uraian satu persatu dari 4 Hukum Rohani
Hukum I: Tuhan mengasihi kita dan mempunyai rencana indah bagi hidup kita
- Hukum yang pertama memiliki 2 komponen, yakni Kasih Allah dan Rencana Allah. Kasih Allah begitu besar sebagaimana yang dikatakan dalam Yohanes 3:16 "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." Fakta ini harus selalu melekat dalam diri kita, bahwa kita selalu dikasihi Allah. Orang yang tidak dipenuhi oleh kasih Allah tidak bisa membagikan firman kepada orang lain.
- Komponen kedua yakni rencana Allah. Allah memiliki rencana dalam hidup kita, dan rancangan tersebut selalu merupakan rencana baik dan bukan rencana kecelakaan. Tercantum dalam Yohanes 10:10b, bahwa "Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan." Ada begitu banyak orang di dunia ini merasa dirinya tidak berbahagia, apalagi jika tidak mendapatkan apa yang dia mau, atau mendapatkan sesuatu yang mengecewakannya atau tidak sesuai dengan harapannya. Padahal Kristus sendiri berkata bahwa kita yang berada dalam lindungan Allah sudah direncanakan untuk memiliki kelimpahan dan kebahagiaan.
Hukum II: Manusia penuh dosa dan terpisah dari Tuhan Allah, sehingga manusia tidak dapat mengetahui dan mengalami kasih dan rencana Allah bagi hidupnya.
- Dosa merupakan perbuatan-perbuatan daging yang bertentangan dengan kehendak Allah, sebagaimana tecantum dalam Galatia 5:19-21 "19. Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, 20. penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, 21. kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu--seperti yang telah kubuat dahulu--bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah." Mungkin tidak sedikit dari kita yang berpikir "Saya sepertinya tidak pernah melakukan hal-hal seperti itu deh, bagaimana saya termasuk dalam kategori berdosa?" Sayang sekali saudara-saudara, walaupun kita tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang tercantum dalam ayat tersebut, kita sudah terjerat dalam dosa asal; dosa warisan yang sudah dilakukan Adam dan Hawa jauh sebelum kita dilahirkan.
- Jadi dapat dikatakan bahwa kita secara pasif berdosa. Ditambah lagi kita sering bersikap keras hati untuk memilih jalan sendiri dan tidak mengikut Kristus. Dosa warisan dan sikap keras itulah yang membuat kita terpisah dari Tuhan, sehingga kita tidak mengetahui dan tidak dapat mengalami kasih dan rencana Allah bagi hidup kita.
- Dan kita semua tau bahwa upah dosa ialah maut sebagaimana yang tercantum dalam Roma 6:23. Namun hukum rohani yang ketiga dapat memberi jawaban terhadap fakta menyakitkan tersebut.
Hukum III: Yesus Kristus adalah satu-satunya jalna keselamatan yang telah ditentukan oleh Tuhan Allah untuk keampunan dosa manusia
- Melalui Yesus, kita dapat mengetahui dan mengalami kasih dan rencana Allah dalam hidup kita. Kristus telah mati menggantikan kita orang berdosa. Mengapa Kristus rela mati ganti kita? Jawabannya ada pada Hukum I: ingat bahwa Tuhan selalu mengasihi kita. Roma 5:8 "Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa."
- Namun, jangan takut, Kristus tidak mati selamanya. Ia telah bangkit dari kematian itu, Ia mengalahkan maut untuk menjadi jalan bagi kita kepada Bapa. Berdasarkan Yohanes 14:6, Yesus yang sudah mati dan bangkit itu adalah jalan dan kebenaran bagi kita. Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku."
Sekarang kita sudah mengetahui bahwa Allah begitu mengasihi kita, memiliki rencana indah bagi kita, bahkan rela mengorbankan AnakNya yang tunggal untuk tetap terhubung dengan manusia. Lantas, apakah cukup dengan kita mengetahui hal-hal tersebut lalu kita hidup di dalamNya? TIDAK. Iman harus disertai dengan perbuatan. Maka Hukum Rohani berikutnya adalah:
Hukum IV: Kita harus menerima Yesus Kristus menjadi Juruselamat dan Tuhan kita, dengan mengundangnya secara pribadi
- Tuhan tidak pernah memaksa. Namun apabila kita menginginkan keselamatan yang dari pada Nya, kita harus menerima Kristus dalam hidup kita. Sesuai dengan Yohanes 1:12 "Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya." Hati kita dapat diibaratkan seperti rumah, dan Allah adalah tamu dari luar. Apabila kita tidak mau membuka pintu rumah, maka orang dari luar tidak bisa masuk. Begitu pula, apabila kita tidak mau membuka hati menerima Allah, Allah tidak dapat masuk ke dalam kehidupan kita dan mengerjakan bagianNya.
- Lantas bagaimana caranya agar kita dapat menerima Kristus? Kita dapat menerimanya dengan IMAN. Apabila kita beriman menerima Kristus, maka hal-hal besar akan terjadi dalam kehidupan kita. Dan ingat, setiap hal baik yang ada dalam hidup kita terjadi karena Allah. Karena iman kepada Allah lah yang menyelamatkan kita.
Apabila kita sudah melalukan keempat Hukum Rohani itu, maka akan terjadi perubahan dalam hidup kita. Hidup bukan lagi dikuasai oleh "Si Aku" melainkan Kristus sendiri yang hidup di dalamnya. Biarkan Tuhan masuk dan mengubah hidup kita. Lalu bagaimana kita tahu bahwa Kristus sudah tinggal dalam hati kita? Ketahuilah bahwa Allah mengaruniakan hidup yang kekal kepada semua orang yang menerimaNya.
Namun, kita juga harus waspada terhadap perasaan kita sendiri. Beberapa orang di luar sana tidak selalu setia terhadap iman yang dimilikinya karena memasukkan komponen perasaan dalam hal ini. Iman harus menjadi penengah antara kenyataan dan perasaan; jangan sampai perasaan lebih besar dan mempengaruhi iman. Apabila kita sudah menyingkirkan perasaan-perasaan yang dapat mengganggu iman kita, maka akan terjadi hal-hal baik dalam hidup kita: dosa diampuni, menjadi anak Tuhan seutuhnya, Roh Kudus berada dalam hati kita, dan kita pun memulai perjalanan hidup yang sesuai dengan rencana Allah. Betapa menyenangkan bukan? Oleh karena itu, kita harus senantiasa memperhatikan pertumbuhan rohani kita agar selalu berada dalam Tuhan. Pertumbuhan rohani adalah hasil dari ketaatan pada Kristus. "Karena orang yang benar akan hidup oleh iman." (Galatia 3:11). Jangan menjauhkan diri dari Kristus, tetaplah berada dekatnya dengan doa, ibadah, dan firman Tuhan.
Tuhan memberkati kita semua.